Minggu, 05 Oktober 2014

Masalah sosial yang ada di indonesia



Masalah Sosial Kenakalan Remaja Kasus Geng Motor




Indonesia adalah salah satu negara besar baik ditinjau dari segi kuantitas penduduk maupun luas wilayah. Di Indonesia saat ini  banyak sekali bermunculan masalah-masalah sosial yang mengganggu ketertiban umum, bahkan sampai berujung pada tindak kriminal. Namun demikian, dari sekian banyak massalah-masalah sosial yang muncul di berbagai daerah di Indonesia, tidak semua menjadi sebuah masalah ketika dibawa ke daerah lainnya.

Geng motor merupakan kelompok anak muda (remaja) karena ada kesamaan latar belakang, sekolah, daerah dan lain-lain yang tergabung dalam suatu komunitas pengguna kendaraan bermotor roda dua. Komunitas bermotor saat ini bukan hanya menjadi trend masyarakat perkotaan, melainkan sudah menjamur sampai pelosok pedesaan. Hal tersebut selain semakin mudahnya cara masyarakat memiliki kendaraan berotor roda dua, juga karena kebutuhan akan transportasi maupun sebagai gaya hidup bagi sebagaian orang.

Geng motor dalam dapat menjadi sebuah masalah sosial di beberapa daerah tertentu yang ada di Indonesia namun tidak di daerah yang lainnya. Dimensi patologis yang disebabkan maraknya geng motor yang bermunculan di beberapa daerah yang ada di Indonesia sejatinya sudah menjadi sebuah akar permasalahan yang memang bisa menyebabkan terjadinya konflik sosial.

Banyak hal yang kemudian menyebabkan permasalahan sosial muncul dari geng motor yang berkeliaran di beberapa daerah tertentu yang kemudian menjadi sebuah penyakit sosial. Fenomena geng motor menyebabkan beberapa masalah soaial baik dalam ranah norma dan nilai masyarakat maupun dalam konteks Negara dalam mengayomi masyarakat yang kemudian melatarbelakangi penulis untuk mengkaji fenomena ini sebagai salah satu dimensi sosial dalam masyarakat.

Geng motor adalah kumpulan orang-orang pecinta motor yang suka melakukan  kebut-kebutan, tanpa membedakan jenis motor yang dikendarai. Perlu dibedakan antara geng motor dengan Club Motor. Club Motor biasanya mengusung merek tertentu atau spesifikasi jenis motor tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley Davidson Club), Scooter (kelompok pecinta Vesva), kelompok Honda, kelompok Suzuki, Tiger, Mio. Ada juga Brotherhood kelompok pecinta motor besar tua. Tapi kalau soal aksi jalanan, semuanya sama saja. Kebanyakan sama-sama merasa jadi raja jalanan, tak mau didahului, apalagi disalip oleh pengendara lain.

Mulanya kumpul-kumpul sesama pecinta motor, kemudian berubah jadi geng yang beranggotakan puluhan bahkan ratusan orang. Di jalanan, mereka membentuk gaya hidup yang terkadang menyimpang dari kelaziman demi menancapkan identitas kelompok. Ngetrack, kebut-kebutan, dan tawuran adalah upaya dalam pencarian identitas mereka. Selama ini banyak anggota geng motor itu dari kalangan anak-anak Sekolah Mengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan menggunakan berbagai jenis motor. Mereka berkeliaran di malam hari sekitar pukul 23.00 sampai 03.00, dan melakukan berbagai keonaran, penganiayaan dan kejahatan lainnya, bahkan sampai membunuh.

Geng motor merupakan wadah yang mampu memberikan gejala watak keberingasan anak muda. Perkembangannya, tak lepas dari trend and mode yang sedang berlangsung saat itu. Aksi brutal itu perlu diredam. Mulanya berbuat jahat dari yang ringan seperti bolos sekolah, lama-lama mencuri, merampok dan membunuh. Lumrahnya jika sudah berani jahat ada indikasi mereka mengkonsumsi narkoba.

Begitu pun membenci melawan orang tua. Mereka sadar karena masih sekolah sumber keuangan ada di orang tua. Oleh karenanya, jika orang tua tak memberi uang cukup, mereka terpaksa membenci dan mengancam orangtuanya tadi. Sedang aksi kejahatan berupa perampasan dan perampokan, merupakan jalan lain untuk mendapatkan penghasilan.

Salah satu sebabnya kebrutalan adalah selain dekat dengan minuman keras, anggota geng motor juga akrab dengan obat-obatatan terlarang. Bahkan, ada satu geng motor yang ketua dan anggotaya bahkan merupakan pengedar dan pengguna obat-obatan.

Di tiap wilayah mereka selalu mempunyai pemimpin. Kalau motor hilang dirampas geng musuh atau polisi, mereka tidak akan rugi. Karena rata-rata mereka memiliki motor itu dari hasil menjambret atau meminjam motor. Anggota geng sebagian besar adalah remaja tanggung atau masih duduk di bangku SMU. Mereka belum mempunyai penghasilan sendiri. Karena itulah mereka sering melakukan kejahatan agar bisa membeli obat-obatan tersebut.

Faktor lain yang juga ikut berperan menjadi alasan mengapa remaja saat ini memilih bergabung dengan geng motor adalah kurangnya sarana atau media bagi mereka untuk mengaktualisasikan dirinya secara positif.

Remaja pada umumnya, lebih suka memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi. Namun, ajang-ajang lomba balap yang legal sangat jarang digelar. Padahal, ajang-ajang seperti ini sangat besar manfaatnya, selain dapat memotivasi untuk berprestasi, juga sebagai ajang aktualisasi diri. Karena sarana aktualisasi diri yang positif ini sulit mereka dapatkan, akhirnya mereka melampiaskannya dengan aksi ugal-ugalan di jalan umum yang berpotensi mencelakakan dirinya dan oranglain.

Kutipan dari Pikiran Rakyat : "Solusi Alternatif Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung, Oji Mahroji, menginstruksikan kepada seluruh Kepala Sekolah agar tidak segan-segan menindak siswanya yang terbukti terlibat dalam organisasi geng motor, kalau perlu dikeluarkan dari sekolah. Diharapkan, tindakan tersebut dapat menekan jumlah anggota geng motor dan aksi brutal mereka."

Sebenarnya tindakan tersebut tidak sepenuhnya efektif. Butuh keberanian yang besar dan beresiko tinggi untuk melakukannya. Salah satu solusi yang bisa memperbaiki keadaan mereka secara efektif adalah peran; kepedulian; dan kasih sayang orang tua mereka sendiri.


Penutup dari artikel ini bahwa kehadiran geng motor merupakan fenomena sosial yang harus direspons secara proporsional oleh para sosiolog dan ahli hukum dalam mengatasi merebaknya geng-geng motor di Indonesia.